Paxlovid, Obat COVID-19 yang Diklaim Punya Kemanjuran Hingga 90%

Paxlovid, Obat COVID-19 yang Diklaim Punya Kemanjuran Hingga 90% – Obat COVID-19 Paxlovid (kombinasi nirmatrelvir dan ritonavir) dapat melawan varian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, termasuk Omicron. Paxlovid yang juga diincar Indonesia dilaporkan mampu menghambat virus corona lain, yakni SARS dan MERS.

Dalam uji klinis, Paxlovid 90% efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi. Selain itu, paxlovid juga mampu melawan VOC Sars Cov-2, termasuk Omicron. Paxlovid juga telah dilaporkan menghambat virus corona lain, termasuk SARS dan MERS.

Associate Professor Departemen Kimia Universiti Putra Malaysia, Bimo Tejo, PhD mengatakan, obat Paxlovid efektif untuk semua varian mutasi Covid-19. Menurutnya, hal itu karena targetnya adalah enzim protease, virus yang tingkat mutasinya jauh lebih rendah dibandingkan mutasi pada bagian spike virus SARS-CoV-2.

Paxlovid akan tersedia dalam kemasan blister yang berisi dua tablet nirmatrelvir 150 mg dan satu tablet ritonavir 100 mg. Nirmaltrevir berasal dari kandidat obat PF-00835231, yang dibuat oleh perusahaan farmasi Pfizer untuk mengatasi wabah SARS pada tahun 2002.

Namun, proses produksi obat dihentikan karena wabah SARS dengan cepat dikendalikan. Kandidat obat PF-00835231 baru dilirik setelah kemunculan Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan betacoronavirus, satu kelompok dengan virus penyebab wabah SARS yang muncul 20 tahun lalu.

Tim peneliti Pfizer juga memodifikasi kandidat obat PF-00835231 untuk meningkatkan kemanjurannya melawan virus SARS-CoV-2. Hasil modifikasi ini disebut nirmaltrevir (PF-07321332). Nirmaltrevir bekerja dengan menghambat enzim protease yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia. Akibatnya perkembangan virus terhambat.

Karena nirmaltrevir berpotensi dipecah dalam tubuh manusia (sehingga mengurangi efektivitasnya), ritonavir ditambahkan untuk menjaga kestabilan nirmaltrevir agar tidak mudah rusak.

Hasil dari uji klinis Pfizer’s Paxlovid (nirmaltrevir dan ritonavir) yang melibatkan 2.246 orang menunjukkan efektivitas 89% dalam mengurangi risiko rawat inap dan kematian jika diberikan 3 hari setelah timbulnya gejala, atau 88% efektif jika diberikan 5 hari setelah timbulnya gejala.

Selain itu, uji klinis Paxlovid memasukkan populasi Asia dalam subjek uji klinis. Komposisinya 72 persen Kaukasia, 5 persen Afrika, dan 14 persen Asia. Jadi efektivitas Paxlovid terhadap orang-orang dari ras Asia telah terbukti.

Selain itu, Bimo menjelaskan bahwa obat Paxlovid aman dikonsumsi oleh pasien Covid-19 berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan 40 kg atau lebih. Namun, Bimo mengingatkan bahwa Paxlovid tidak efektif untuk pasien Covid-19 yang memiliki gejala berat dan telah dirawat di rumah sakit.

Obat ini juga harus diberikan segera setelah terindikasi positif Covid-19, sebaiknya dalam waktu 5 hari sejak timbulnya gejala, dan tidak boleh digunakan lebih dari 5 hari berturut-turut. Bimo menegaskan bahwa Paxlovid hanya bisa diberikan dengan resep dokter.

“Paxlovid hanya bisa diberikan dengan resep dokter dan tidak bisa digunakan untuk mencegah Covid-19. Jadi, protokol kesehatan dan vaksinasi tetap harus dijalankan,” kata Bimo.

Ia juga mengingatkan bahwa sebelum mengonsumsi Paxlovid, pasien juga harus mengetahui apakah mereka memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap nirmaltrevir atau ritonavir. Selain itu, Bimo mengatakan, pasien Covid tidak perlu heran jika mengalami dysgeusia (perubahan indra perasa), diare, hipertensi, dan nyeri otot saat mengonsumsi Paxlovid.

Paxlovid juga dikontraindikasikan bila diberikan dengan obat lain yang berinteraksi dengan CYP3A, termasuk alfuzosin, petidin, propoksifen, amiodaron, dronedarone, flecainide, propafenone, quinidine, colchicine, lovastatin, simvastatin, fenobarbital, rifampisin, dan lain-lain.

Namun, Paxlovid tidak boleh diberikan pada pasien dengan insufisiensi ginjal dengan eGFR kurang dari 30 ml/menit, juga tidak direkomendasikan untuk pasien dengan insufisiensi hati berat (Child-Pugh kelas C).

Beberapa negara sudah menggunakan Paxlovid. Di timur, Korea Selatan menjadi negara Asia pertama yang menyetujui penggunaan Paxlovid. Sementara untuk Paxlovid Indonesia sudah datang dan masih menunggu kajian khasiat, khasiat dan efek samping Paxlovid oleh BPOM.

Pencarian Berdasarkan Kata Kunci

Obat Corona,Paxlovid