27 Januari 2008: Wafatnya Soeharto, Presiden Penganut Filosofi Jawa

27 Januari 2008: Wafatnya Soeharto, Presiden Penganut Filosofi Jawa – Presiden yang dijuluki Bapak Pembangunan dan dikenal sebagai Presiden Orde Baru, Suharto, meninggal pada 27 Januari 2008. Artinya, tepat 14 tahun Soeharto meninggal dan meninggalkan banyak kenangan dan inspirasi.

Bayangan Suharto kembali muncul di benak setelah putri sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Suharto), men-tweet tentang peringatan 14 tahun kepergian ayahnya. Tutut meminta doa untuk ayahnya.

“Assalaamualaikum Wr. Wb. Sahabat, tanggal 27 Januari 2022 ini tepat 14 tahun, Bapak, Presiden Soeharto, wafat. Mohon doanya semoga diampuni kesalahan, diterima amal baiknya, diberi tempat terbaik di sisi-Nya,” tulis Tutut melalui akun Twitter @TututSoeharto49, Kamis (27/1/2022).

Tak lupa Tutut juga menyertakan video percakapan Suharto dengan anak-anak di Pekan Menabung tahun 1995. Dalam video tersebut, Suharto berbicara tentang character building.

Berbicara tentang character building, sosok Suharto tidak bisa dilepaskan dari ajaran filsafat Jawa. Filosofi Jawa mengumpulkan nilai-nilai yang membentuk karakternya untuk menjadi pemimpin nomor satu Indonesia saat itu.

Suharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921. Ia berasal dari keluarga miskin di Desa Kemusuk, Argomulyo, Godean, sebelah barat kota Yogyakarta. Pada masa inilah Suharto merasakan pahitnya hidup.

Meski begitu, ayah Suharto, Kertosudiro, percaya bahwa kehidupan putranya suatu hari nanti akan lebih baik. Karena nama ‘Soe’ yang berarti lebih baik dan ‘Muak’ yang berarti kekayaan adalah doa orang tuanya.

Sebagai seorang anak, Suharto dititipkan kepada pamannya di Wuryantoro. Di sana dia belajar bertani.

Selain bertani, di rumah pamannya Soeharto juga memupuk kecintaannya pada falsafah hidup orang Jawa. Salah satu ajaran yang terus ia amalkan adalah tentang tiga ajaran tentang tiga ‘aha’. Jangan kaget, jangan kaget dan jangan bodoh (jangan kaget, jangan mudah kaget dan jangan sombong).

Selanjutnya, Suharto menganut ajaran hormat terhadap Gusti, guru, ratu, dan lan wong atuwo (menghormati Tuhan, guru, pemerintah, dan orang tua).

Suharto juga secara teratur dikenalkan pada tempaan spiritual budaya Islam dan Jawa. Misalnya seperti kegiatan puasa dari Senin hingga Kamis.

Dalam otobiografinya, Suharto mengatakan bahwa pengalamannya di Wuryantoro sangat mempengaruhi pembentukan karakternya, baik sebagai kepala negara maupun kepala keluarga. Bahkan Soeharto bisa menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun.

Pada tahun 2008, kondisi kesehatan Suharto terus memburuk. Suharto meninggal pada 27 Januari 2008. Ia dimakamkan di Pemakaman Astana Giribangun, yang terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pencarian Berdasarkan Kata Kunci

Soeharto ,Soeharto Meninggal,Tutut Suharto