Kisah Herman, Penyambit Rumput yang Getarkan Hati Dedi Mulyadi

Kisah Herman, Penyambit Rumput yang Getarkan Hati Dedi Mulyadi – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi terenyuh mendengar cerita Herman (37), tukang rumput liar asal Cikerti Cipetir, Desa Mandalamukti, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Pertemuan mereka tidak disengaja. Saat itu, Kang Dedi Mulyadi sedang dalam perjalanan menuju Bandung Barat ketika bertemu dengan seorang pria yang membawa karung berisi rumput yang baru dipotong.

Saat mendekat, ternyata pria bernama Herman itu tidak bisa berbicara. Dia juga menjawab beberapa pertanyaan dalam bahasa isyarat. Dedi pun mengajaknya masuk ke mobil dan membawa karung berisi rumput.

“Hayu angkat, beurat. Ya Allah Ya Rabbi, beurat. Bawa hayu masuk ke mobil, urang anteurkeun,” ucap Dedi.

Keduanya duduk di dalam mobil sambil membawa karung berisi rumput yang telah mereka kumpulkan. Meski ada kendala, komunikasi Dedi dan Herman tampak cair bahkan sesekali mengundang gelak tawa.

“Ini orang gak bisa bicara belum tentu mengerti, tapi hidupnya bermanfaat, tidak merugikan orang lain dan tidak membebani orang lain. Orang sering bicara tidak punya rasa hidupnya membebani orang lain dan merugikan orang lain. Ini adalah salah satu contoh orang tidak bisa bicara tapi hidupnya bermakna,” kata Dedi.

Setelah melalui jalan yang panjang dan berliku, Dedi sampai di rumah Herman. Di rumah itu rupanya ibu dan saudara laki-laki Herman. Menurut kakaknya, Herman mencari padang rumput untuk domba setiap hari.

“Setiap hari ambil rumput buat domba punya orang lain. Nanti maro. Dombanya punya orang lain,” kata kakak Herman.

“Ini orangnya baik banget, rajin. Luar biasa ini jaraknya juga jauh,” kata Dedi.

Mereka terus menuju kandang. Ternyata, kandang itu dibangun di pojok rumah Paman Herman. Herman telah mengumpulkan beberapa ekor domba dan dua karung rumput.

Dedi menilai untuk ukuran lapangan, kandang yang dikelola Herman dan pamannya cukup bagus dan masih ada penerangan. Hanya saja karena keterbatasan ruang, kandang menjadi sempit sehingga kotoran dan urin domba tercium bau tak sedap.

“Kamu pingin domba sendiri gak? Herman teh mirip sama Zinidin Zidan penyanyi tea. Sama kaya lagunya Herman teh sudah mengubah buih jadi permadani,” ucap Dedi sambil memperlihatkan video musik Zinidin Zidan yang bernyanyi Buih Jadi Permadani.

Menurut Dedi, meski Herman tidak bisa bicara, dia punya hati untuk berkomunikasi. Sehingga pertemuan antara keduanya bisa berlangsung tanpa perencanaan apapun.

“Karena punya hati tidak sengaja bertemu. Siapa yang bisa menggerakkan saya bertemu dengan dia, tadi mukanya juga ditutup, saya juga tidak kalau dia tidak punya kemampuan secara lisan. Itu semua kan Allah yang menggerakkan, Allah menggerakkan lewat rasa. Maka manusia itu punya kekuatan dari rasa, tuturnya.

Air mata menggenang saat Herman tiba-tiba memeluk Kang Dedi Mulyadi. Suasana bahagia menyelimuti pertemuan tak sengaja antara keduanya.

Sebelum berpisah, Dedi memberikan uang kepada Herman. Herman pun memberikan uang itu kepada ibunya.

“Nanti beli domba sendiri, bisa beli tiga ekor domba dulu. Supaya dombanya milik sendiri bukan punya orang lain. Duh hebat uangnya dikasihkan ke ibunya. Domba bikang yang bagus juga paling Rp 1,5 juta bisa beli tiga. Nanti kalau berhasil ditambah lagi,” ujar Kang Dedi.

Pencarian Berdasarkan Kata Kunci

Dedi Mulyadi ,Herman ,Zinidin Zidan